Sabtu, 04 Januari 2014

Sekilas Tentang Jerman

Tidak ada salahnya sebelum menginjakkan kaki ke Jerman, kita kenal lebih dahulu biarpun hanya sekilas, seperti apa negara Jerman itu. Banyak yang hanya mengidentikkan Jerman sebatas pada pendidikan yang gratis atau bahkan Perang Dunia II. 

Di bagian ini dijabarkan beberapa fakta singkat mengenai Jerman. Setidaknya memberikan sedikit gambaran supaya kita mempunyai bayangan seperti apa negara Jerman, terutama bagi yang memang belum pernah ke sana Mengenai seluk beluk kehidupan di Jerman sendiri akan dikupas lengkap pada bagian lain.

Profil Negara
Jerman adalah negara industri yang terkaya di Eropa dengan jumlah penduduk yang paling banyak. Jerman juga memegang peran sangat penting dalam segala bidang di Eropa. Baik dalam hal perekonomian, politik, pertahanan benua maupun dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Jerman sebagai negara yang mengalami kerusakan total yang memporakporandakan semua sistemnya setalah Prang Dunia II mampu bangkit, menata ulang dan membangun kembali potensi dan kemajuan negerinya. Pada akhir Perang Dunia II Jerman terbagi menjadi dua, Jerman Barat dan Jerman Timur. Pada tahun 1990 Jemran bersatu kembali dan secara resmi terbentuklah RepublikFederal Jerman, negara Jerman yang sekarang kita kenal.


Geografi


Secara geografis letak Jerman di Eropa sangat strategis. Terletak pada 51LU dan 9 BT, Jerman berada tepat di jantung benua Eropa. Berbatasan dengan 9 negara tetangga, antara lain:Denmark di utara, Belanda, Luksemburg, dan Prancis di barat, Swiss dan Austria di sebelah selatan, serta Polandia dan Republik Cheko di timur. Di sebelah utara Jerman juga berbatasan dengan Laut Baltik dan Laut Utara. Dapat kita lihat lebih jelas pada peta di bawah.

Luas keseluruhan negara Republik Federal Jerman sekitar 357.021 km2 dengan panjang daerah perbatasan sekitar 3.758 km dan panjang pantai 2.389 km. Jika kita bandingkan dengan pulau atau daerah di Indonesia kita-kira Republik Federal Jerman hampir sama dengan tiga perempat luas pulau Sumatera.

Dari perbatasan utara sampai ke selatan, daerah pegunungan Alpen, Jerman terbagi secara topografis menjadi 5 bentang alam; dataran utara Jerman, kawasan tengah pegunungan bergelombang, kawasan pegunungan bertingkat di bagian barat daya, kawasan kaki pegunungan Alpen di selatan dan kawasan pegunungan Alpen Bayern.

Iklim (Klima)


Dengan kondisi bentang alam yang berbeda, menyebabkan cuaca di Jerman untuk masing-masing daerah sangat bervariasi dan tidak sama. Jangan heran apabila mengalami perbedaan yang mencolok, misalnya suhu di utara Jerman yang dingin dan mendung sementara di selatan cerah sekali.
Jerman termasuk pada daerah beriklim sedang, dengan frekuensi perubahan cuaca yang tinggi. Hujan turun di sepanjang tahun dengan intensitas yang berbeda-beda.

Suhu rata-rata pada bulan Januari di daerah dataran utara antara 1,5° - -0,5°C, dan dareah pegunugan berkisar sampai – 6°C, sementara suhu pada bulan Juli di daerah dataran utara sekitar 17° - 18°C. Temperatur rata-rata tahunan berkisar pada 9°C.


Jumat, 03 Januari 2014

FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh hampir semua masyarakat Indonesia. Akan tetapi, tidak semua masyarakat Indonesia menggunakan tata cara atau aturan yang benar dalam berbahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana kedudukan Bahasa Indonesia ?
b.      Bagaimana Fungsi Bahasa Indonesia ?
c.       Bagaimana pengertian ragam Bahasa Indonesia  ?

C.    Tujuan  Penulisan

a.       Agar dapat mengetahui kedudukan Bahasa Indonesia
b.      Untuk mengeetahui fungsi Bahasa Indonesia
c.       Agar dapat mengetahui dan memperdalam tentang ragam- ragam Bahasa Indonesia

D.    Manfaat Penulisan

        Dengan membaca makalah ini kami berharap agar pembaca terlebih kami sebagai penulis dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang :
·         Fungsi-fungsi dari Bahasa Indonesia
·         Kedudukan Bahasa Indonesia
·         Ragam dari Bahasa Indonesia 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Pada artikel kali ini,penulis membahas sedikit tentang fungsi dan kedudukan bahasa indonesia.Dan penulis berharap agar bisa bermanfaat bagi para pembaca.

1.     Fungsi Bahasa Indonesia
a.       Sebagai alat untuk mengungkapkan Ekspresi diri
Bahasa, dalam hal ini yaitu Bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan Ekspresi diri. Dengan bahasa, kita dapat mengungkapkan perasaan/ekspresi yang sedang kita rasakan atau hendak kita tunjukan kepada orang lain sehingga orang lain dapat mengerti apa yang kita maksudkan.
b.      Sebagai alat Komunikasi
Dalam berkomunikasi alat yang paling sering/lazim digunakan adalah Bahasa. Dengan adanya bahasa, setiap orang dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi adalah kelanjutan dari ekspresi diri yang kita sampaikan kepada orang lain dan mendapatkan respon balik dari ekspresi yang kita sampaikan tersebut.

c.       Sebagai Adaptasi & Integrasi
Dalam kehidupan kita sebagai makhluk sosial, selain berkomunikasi kita dituntut untuk dapat berbaur & menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan lingkungan disekitar kita. Dengan adanya bahasa, kita akan dapat dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitar kita atau lingkungan yang sedang kita datangi. Pada saat kita beradaptasi dengan lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang kita hadapi.
d.      Sebagai Kontrol Sosial
Bahasa sebagai Kontrol Sosial, dengan adanya bahasa dapat memberikan kontrol terhadap perilaku/tingkah laku/sikap yang dilakukan.
Misalnya:
Hati-hati jalan Licin!!.
Pemberitahuan tersebut dimaksudkan untuk dapat berhati-hati dalam melewati jalan tersebut karena kondisi jalan yang licin.

2.    Kedudukan Bahasa Indonesia
Kedudukan Bahasa Indonesia terdiri dari :
1)   Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Fungsi Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional:
1)   Bahasa Indonesia berfungsi sebagai Lambang kebanggaan kebangsaan
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai – nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan ini , Bahasa Indonesia harus kita pelihara dan kita kembangkan. Serta harus senantiasa kita bina rasa bangga dalam menggunakan Bahasa Indonesia.
2)   Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang identitas nasional
Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya apabila masyarakat pemakainya/yang menggunakannya membina dan mengembangkannya sehingga bersih dari unsur – unsur bahasa lain.
3)   Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya
Dengan adanya Bahasa Indonesia kita dapat menggunakannya sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi/berkomunikasi dengan masyarakat-masyarakat di daerah (sebagai bahasa penghubung antar warga, daerah, dan buadaya).
4)   Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai – bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing – masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
Dengan bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai – nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.

2)      Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Fungsi Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara:
1)   Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan
Sebagai bahasa resmi kenegaraan , bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
2)   Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar didalam dunia pendidikan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang digunakan di lembaga
lembaga pendidikan mulai dari taman kanak – kanak sampai dengan perguruan tinggi diseluruh Indonesia.
3)   Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
Bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal – balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku , melainkan juga sebagai alat perhubungan didalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
4)   Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahasa Indonesia adalah satu – satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memikili ciri – ciri dan identitasnya sendiri ,yang membedakannya dari kebudayaan daerah.


A.    PENGERTIAN RAGAM BAHASA INDONESIA
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku. 

3.      Macam – Macam Ragam Bahasa
1)   Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi didalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980). Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua yaitu :
a)   Ragam bahasa lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Ciri-ciri ragam lisan :
-        Memerlukan orang kedua/teman bicara;
-        Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
-        Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
-        Berlangsung cepat;
-        Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
-        Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
-        Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang-bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.
    
b)     Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.[1] Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :

-        Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
-        Tidak terikat ruang dan waktu
-        Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
-        Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
-        Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
-        Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
-        Berlangsung lambat
-        Memerlukan alat bantu

2)   Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
a)   Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b” pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan lain-lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.

b)   Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

c)    Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam :
1.    Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran.
2.    Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat.
3.    Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang.
4.    Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

3.         Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.[1]
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain.



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Fungsi Bahasa Indonesia adalah Sebagai alat untuk mengungkapkan Ekspresi diri, Sebagai alat Komunikasi, Sebagai Adaptasi & Integrasi, dan sebagai Kontrol Sosial. Dan juga Kedudukan Bahasa Indonesia adalah Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional, dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Macam – Macam Ragam Bahasa yaitu, Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media, Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur, Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian

            B.   Saran  
              Mudah – mudahan dengan tahap pembelajaran dalam penyusunan makalah yang membahas tentang Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Internasional, kita sebagai mahasiswa Akbid Muhammadiyah dapat menerapkan begitu pula menangani hal-hal yang berhubungan dengan penerapan Bahasa Indonesia, bukan hanya sebagai Bahasa Nasional namun juga Bahasa Internasional .


DAFTAR PUSTAKA


Rahadi, Kunjana .R. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga.
2013. speak-in-bahasa.blogspot.com/2011/02/ragam-bahasa.html. Makassar
2013. agustiyani.blogspot.com/2011/10/makalah-ragam-bahasa.html. Makassar
2013.sapilu.wordpress.com/2010/03/08/ragam-bahasa-dan-penggunaan-bahasa.html. Makassar
Abbas, Husen 1987. Indonesia As Unifying Languange of Winder Communication:
A Historical and Sociolinguistics Perspective. Jakarta.


PERBEDAAN ETOS KERJA ANTARA JERMAN DAN INDONESIA

Saat ini bila kita bandingkan antara pemerintah Indonesia dengan Jerman,khususnya dalam bidang ekonomi tentu sangatlah berbeda. Kita sering bertanya-tanya dalam hati mengapa hal ituterjadi? Apakah karena orang Jerman lebih besar dari orang Indonesia sehingga otaknya juga lebih besar dibandingkan dengan otak kita?

Keberhasilan dari sebuah negara tidak hanya berpengaruh pada apakah negara tersebut adalah negara yang kaya akan kekayaan alam, sehingga dengan menjual segala kepunyaan tersebut dapat menjadi kaya. Keberhasilan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh etos kerja yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Etos kerja merupakan salah satu kunci suksessekaligus fondasi untuk mencapai suatu keberhasilan.Dengan tingginya etos kerjasuatu bangsa merupakan salah satu akar yang membawa suatu negara padakualitas  yang lebih baik terutama padabidang ekonomi,sehingga pada level yang lebih luas menjadikan suatu negaralebih maju.
Sebagai pelajar bahasaasing,khususnya bahasa Jerman,tidak cukup jika kita hanya mempelajari bahasanyasaja tanpa mengatahui asal-usul dan bagaimana model budaya di Jerman. Dalam pembicaraanya padakonferensi kerjasama Indonesischer Germanistenverband/AGI dengan Program StudiBahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta yang bertempat di UniversitasNegeri Yogyakarta (UNY),Dr. Setiawati Darmojuwono, M.A, ketua AssosiasiGermanistik Indonesia (AGI) mengatakan berkomunikasi dengan orang asingseharusnya mempunyai kemampuan komunikasi antarbudaya agartujuan komunikasidapat tercapai dan efektif. Kemampuan ini juga diharapkan dapat mencegah konflikkarena kesalahpahaman budaya.

Pada mata kuliah KontrastiveKulturkunde kita mendapatkan ilmu bagaimana perbedaan bangsa Jerman denganIndonesia baik dari segi ekonomi,politik,budaya,pendidikan,dan lainsebagainya,karena hal itu sangat berpengaruh pada profesionalitas jika kitasudah menjadi seorang guru bahasa Jerman.Selain itu kita juga dapat belajardari cara kerja orang jerman,bagaimana mereka pada saat bekerja biladibandingkan dengan orang Indonesia.Hal ini juga mudah-mudahan dapatberpengaruh pada kualitas ekonomi Indonesia jika baangsa ini tidak malu dan maumencontohi etos kerja orang Jerman.

Tentunya saya juga berharap bahwakita kaum muda dan generasi penerus bangsa untuk mulai dari sekarangmenerapakan etos kerja yang tinggi yang mengedepankan pentingnya disiplin dalambekerja.
A.Pengertian Etos Kerja
Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak, kesusilaan, adatistiadat, kebiasaan. Etos ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti fakor budaya, faktor iklim, bahkan faktor agama. Menurut Jansen Sinamao, etos adalahkunci dan fondasi keberhasilan suatu masyarakat atau bangsa.Etos juga merupakansalah satu syarat bagi upaya peningkatan kualitas tenaga kerja atau SDM,baikpada level individual,organisasional,maupun sosial.Jadi etos yang dimaksudkandisini merupakan suatu sikap,pandangan atau nilai yang mendasari prinsip kerjasuatu komunitas,masyarakat atau bangsa.

Kerja adalah usaha komesial yangmenjadi suatu keharusan demi hidup,atau sesuatu yang imperatif dari diri,maupunsesuatu yang terkait pada identitas diri yang telak bersifat sakral(TaufikAbdullah,1986).
Berdasarkan uraian diatas maka dapatdisimpulkan bahwa etos kerja adalah suatu perinsip,sikap atau pandangan hidupsekelompok orang atau masyarakat terhadap sebuah pekerjaan yang dihadapinya.

B.Bagaimana etos kerja bangsa Jerman
Jermansangat mengutamakan peraturan dan disiplin, dan dalam hal pekerjaan merekamelakukan dengan sangat serius. Di mata beberapa orang, dalam banyak kasus,orang Jerman kaku, tidak fleksibel, dan bahkan sedikit tidak manusiawi. Jermansangat mengutamakan peraturan tentang kebersihan dan kerapian. Di Jerman, baiktaman, jalan-jalan, atau teater atau tempat-tempat umum lainnya, dan dimana-mana terlihat rapi. Jerman juga menekankan peraturan untuk memakai pakaianpada tempatnya. Saat bekerja memakai pakaian kerja, saat di rumah meskipun andabisa berpakaian santai, tapi selama ketika ada tamu datang, atau pergi keluar,anda harus berpakaian rapi. Di teater, para wanita mengenakan rok panjang, atausetidaknya mengenakan pakaian gelap.

Berdasarkan survei yang dilakukan majalah Spiegel terhadap 1.000 responden bulan Maret 2005 menunjukkanbahwa nilai ”kesadaran nasional” (nationalconsciousness) merupakan nilai yang paling rendah (26-31 persen) di antaranilai-nilai lainnya yang dianggap penting dalam kehidupan rakyat Jerman.Nilaiyang tertinggi peringkatnya adalah kejujuran dan integritas (81-83 persen).Darisurvei ini dapat dilihat bahwa orang Jerman sangat memprioritaskan kejujurandan integritas dalam melakukan sesuatu.Adapun hal-hal yang perlu kita pelajaridari kebiasaan atau etos kerja orang Jerman adalah sebagai berikut:
1. Menghargai waktu
Jerman sangatmenghargai waktu, jika ada janji, tidak akan berubah waktu dengan mudah. OrangJerman jika diundang ke rumah orang lain atau pergi keluar untuk mengunjungiteman, akan tiba dengan tepat waktu , tidak membuang-buang waktu dengan datanglebih awal ataupun terlambat.Di Jerman jika tidak ada acara khusus, merekaharus menghargai tetangga sekitar dengan tidak diperbolehkan menbuatkebisingandari pukul 20:00-08:00 hari berikutnya. Jika ada acara khusus, harusminta izin di awal ke tetangga-tetangga. Jika tidak, akan menuai protes daritetangga dan bahkan akan dilaporkan ke polisi.

2.Tulus dan fokus padaetiket
Berurusan dengan orangJerman tidaklah memiliki banyak kesulitan. Dalam kebanyakan kasus, yang bisamereka lakukan, mereka akan segera memberitahu Anda “bisa melakukannya.” Dimanamereka tidak dapat dilakukan, mereka jelas akan memberitahu Anda “Tidak”, ataumemberi  jawaban yang  jelas. Tentu saja, tingkat hubungan pribaditidak akan pengaruh pada hubungan pekerjaan.Mirip dengan kebanyakan negaraBarat, Jerman lebih memperhatikan etiket. Mereka bertemu, selalu menyapa“Hello.” .Bertemu dengan teman mereka akan berjabat tangan dulu. Jika temanlama mereka akan saling memeluk. Pada acara formal mereka juga akan menciumtangan wanita sebagai rasa hormat.
Memberi hadiah adalahsangat dihargai di Jerman. Ketika diundang ke rumah orang lain, biasanya datangdengan hadiah. Kebanyakan orang dengan karangan bunga, beberapa tamu laki-lakidengan botol anggur, ada juga yang membawakan buku atau album. Dalam menyambutpara tamu (seperti stasiun, bandara dan tempat-tempat lain) untuk mengunjungipasien, banyak juga mengirimkan bunga. Biasanya mereka langsung membuka hadiahdi depan pemberi dan mengucapkan terimakasih.Di Jerman dan negara-negara Baratlain, perempuan adalah prioritas. Seperti saat antrian mereka akan mendahulukanperempuan. Dalam berbicara dengan rekan kerja, orang Jerman sangat berhati-hati untukmenghormati satu sama lain. Jangan tanya urusan pribadi orang lain (sepertiusia wanita).
Adapun etos kerja orang Jermanmenurut Max Weber dalam bukunya yang berjudul “The spirit of Capitalism” adalah :
1.Bertindak rasional
2.Berdisiplin tinggi
3.Bekerja keras
4.Berorientasi sukses material
5.Tidak mengumbar kesenangan
6.Hemat dan bersahaja
7.Menabung dan berinvestasi

C. Etos kerja orang Indonesia
Setelahmelihat etos kerja orang Jerman,pertanyaanya kemudian adalah seperti apa etoskerja bangsa Indonesia ini? Apakah etoskerja kita menjadi penyebab dari rapuh dan rendahnya kinerja sistemsosial,ekonomi dan kultural, yang lantas berimplikasi pada kualitas kehidupan?Ataukah etos kerja yang kita miliki sekarang ini merupakan bagian dari politikrepublik tercinta? Dalam buku"ManusiaIndonesia" karya Mochtar Lubis yang diterbitkan sekitar seperempatabad yang lalu, diungkapkan adanya karakteristik etos kerja tertentu yangdimiliki oleh bangsa Indonesia. Beberapa diantara ciri-ciri itu adalah:munafik; tidak bertanggung jawab; feodal; percaya pada takhyul; dan lemahwataknya. Beliau tidak sendirian. Sejumlah pemikir/budayawan lain menyatakan hal-halserupa. Misalnya, ada yang menyebut bahwa bangsa Indonesia memiliki ‘budayaloyo,’ ‘budaya instan,’ dan banyak lagi.
Hasil pengamatan para pemikir/cendekiatersebut tentu ada kebenarannya. Tetapi tentunya (dan mudah-mudahan) bukanmaksud mereka untuk membuat final judgement terhadapbangsa kita. Pernyataan-pernyataan mereka perlu kita sikapi sebagai suatu tegurandan peringatan yang serius. Jika ciri-ciri etos kerja sebagaimana diungkapkanDalam “Manusia Indonesia” kitasosialisaikan, tumbuhkembangkan dan pelihara, maka berarti kita bergerak mundurbeberapa abad ke belakang.
 Tanpabermaksud terlarut dalam kejayaan masa lalu, sejarah menunjukkan bahwa bangsaIndonesia memiliki prestasi yang patut dihargai dalam perjalanannya. TegaknyaCandi Borobudur dan puluhan yang lainnya hanya mungkin terjadi dengan dukunganetos Kerja yang bercirikan disiplin, kooperatif, loyal, terampil rasional(sampai batas tertentu),kerja keras, dan lain-lain. Berkembang luasnya pengaruhkerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit, Samudra Pasai, Mataram, Demak,dengan berbagai perangkat dan Infrastruktur teknologis maupun sosial dalampengelolaan kenegaraannya, juga mempersyaratkan adanya suatu etos kerjatertentu yang patut dihargai. Selain ini, pesantren-pesantren yang sampai kinimasih bertahan dan berkembang, memiliki akar pertumbuhan pada beberapa abadyang lalu, yang menunjukkan bahwa tradisi belajar mengajar telah menjadibagian kehidupan masyarakat Tanah Air jauh sebelum bangsa belanda mengunjungikita. kita juga mengenal slogan-slogan yang setidaknya dulu pernah menjadiperminan suatu etos kehidupan, seperti: Bhinneka Tunggal Ika; Ing Ngarso SungTulodo, ing Madyo Mbangung Karso, Tut Wuri Handayani; Menang Tan Ngasorake;Niteni, iroake, Nambahake. Ini mencerminkan etos kerja dalam konteks kehidupansosial yang penting dalam membangun persatuan, leadership, dan bahkan untukberinovasi. Masih banyak lagi slogan-slogan yang berlaku dan terkenal di berbagaidaerah-daerah di Tanah air
Jansen Sinamo menyajikan 8 Etos KerjaProfessional putra-putri Indonesia denganciri-ciri sebagai berikut:
1.   Kerja adalah Rahmat
2.   Kerja adalah Amanah
3.   Kerja adalah Panggilan
4.   Kerja adalah Aktualisasi
5.   Kerja adalah Ibadah
6.   Kerja adalah Seni
7.   Kerja adalah Kehormatan
8.   Kerja adalah Pelayanan

D. Hubungan antara“etos kerja” dengan pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa  asing
Ketika dunia kita menjadi lebih kompleks dan plural secarabudaya, topik tentang komunikasi antar budaya menjadi semakin penting.Kemampuan komunikasi antar budaya mempengaruhi kemampuan kita untuk berfungsidengan baik tidak hanya di tempat kerja dan sekolah, namun juga di rumah,bersama keluarga, dan pada saat kita bermain. Seiring dengan meningkatnyakebutuhan untuk melakukan komunikasi antar budaya, kita tampaknya juga harusmemperbaiki kemampuan komunikasi kita sendiri.
Sebagai mahasiswa yang mempelajari bahasa Jerman khususnyapendidikan tentu sudah seharusnya kita harus mempelajari budaya Jerman.Katabudaya memang memiliki defenisi yang sangat luas apabila dijadikan judul dalammenyusun makalah ini.Oleh karena itu saya mengambil salah satu aspek daribudaya itu sendiri,yakni “etos kerja”.

Berbicara mengenai etos kerja tidak terlepas dari seorangmanusia sebagai makhluk sosial yang setiap hari selalu berhubungan danberkomunikasi dengan orang lain.Begitu pula dengan kita yang nantinya akanmenjadi seorang guru,selain bisa mengajari peserta didik dengan baik kita jugamemberikan teladan yang baik kepada anak didik dengan memperlihatkan etos kerjakita yang baik,seperti datang tepat waktu,serius dalam bekerja ,dan lainsebagainya sehingga bisa ditiru oleh mereka dan diterapakan di masyarakat.Darisitu mereka juga menerapakan hal tersebut dilingkungan mereka berada ,sepertidi tempat kerja,dan lain sebagainya.Berawal dari sini kita telah mencoba salahsatu langkah untuk memperbaharui kualitas ekonomi negara kita.Bukan hal yangtidak mungkin dan mustahil jika seluruh guru di Indonesia melakukan haldemikian,saya yakin 15-20 tahun yang akan datang negara kita akan menjadi salahsatu negara yang disegani di dunia khususnya di bidang ekonomi.Karena kalaudiperhatikan bahwa kualitas kerja guru di Indonesia masih sangat rendah.
Selain di bidang pendidikan,jika kita bekerja pada sebuahperusahaan apalagi perusahaan asing,etos kerja sangat diperhatikan olehperusahaan tersebut.Orang barat sangat memprioritaskan antara lain : bertindak rasional dalambekerja,berdisiplin tinggi,dan orang yang suka bekerja keras.Jika kitamenerapkan etos kerja orang indonesia (bukanya meremehkan,tetapi memangkenyataanya) kita tidak akan diterima pada perusahaan mereka.Pentingnyamempelajari budaya orang lain dalam hal bekerja disini adalah bagaimana kitamemahami budaya bangsa lain,serta mencoba untuk masuk budaya mereka yang baik danyang jeleknya jangan ditiru, dengan sendirinya hubungan kita akan baik denganmereka dan memberikan dampak yang positif bagi kita juga.

(Doc. BKOL Banten)